Nusatara Kaya Akan Segalanya

Semua Usaha Penuh Dengan Resiko dan Tantangan

Barangsiapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalama.

Berjuan Hingga Akhir

Ketika penindasan menghantui jiwa ini maka lawan.

berjuanglah

Bansa yang baik adalah bangsa yang mampu mengandalkan dirinya sendiri.

pandailah bersyukur

Semua keindahan dan kenikmatan bangsa ini telah kau rasakan.

selalu dalam jiwa

hanya orang-orang yang berhati mulia yang mengenan sejarah.

Selasa, Januari 26

SENI PERANG ALA JENGHIS KHAN Taktik Pasukan Mongol


Taktik dan Organisasi Pasukan Militer Mongol dibentuk dan dirancang oleh Jenghis Khan dan dengan taktik ini Kekaisaran Mongol hampir menaklukkan seluruh benua Asia, Timur Tengah dan bagian timur Eropa.

Pondasi dasarnya yaitu dari sistem yang dikembangkan dan merupakan kelanjutan dari gaya hidup nomaden dari bangsa Mongol. Hal-hal lain dalam pengembangnya ditemukan oleh Jenghis Khan, atau para jenderal perangnya, dan para penerus dinastinya. Teknologi budaya dan ahli teknis asing lain yang dipikir berguna untuk sistem pertahanan dan serangan, diadaptasi atau diadopsi kemudian diintegrasikan ke dalam struktur komando pasukan militernya.

Sebagian besar pertempuran pada abad ke-13, yang dilakukan bangsa Mongol, mereka hanya kehilangan atau mengalami kekalahan beberapa pertempuran dengan menggunakan sistem itu yang diterapkan Jenghis khan, tapi kekalahan-kekalahan itu pun selalu diraih kembali, kekalahan itu dijadikan pembelajaran dan kemudian dievaluasi sehingga hasilnya diubah jadi kemengan.

Dalam banyak kasus, mereka menang melawan tentara lawan yang secara signifikan jauh lebih besar. Kekalahan pertama yang mereka alami yang sebenarnya ketika terjadi dalam Pertempuran Ain Jalut di 1260, melawan tentara yang telah dilatih khusus, merupakan pasukan pertama yang dilatih dengan oleh pasukan mereka sendiri, senjata makan tuan. Pertempuran Itu sekaligus mengakhiri ekspansi Kekaisaran Mongol ke wilayah barat, dan dalam 20 tahun ke depan, Mongol juga menderita kekalahan dalam invasi percobaan ke Vietnam (Annam) dan Jepang. Tetapi kekalahan itupun secara global dikarenakan Kekaisaran Mongol dalam kondisi terpecah belah dan mulai melemah sebagai dampak besar dari invasi kewilayah lain yang telah mereka lakukan yang berlangsung selama kisaran seratus tahun lebih, dengan mulai timbul pemberontakan dan pemisahkan diri oleh wilayah bawahnya yang pernah ditaklukan oleh pasukan Kekaisaran Mongol.

Organisasi dan karakteristik Pasukan

A.Sistem Desimal

Jenghis Khan mengorganisir tentara Mongol ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan sistem desimal. Satu unit atau regu pasukan, terdiri dari 14-60 orang, yang secara rekursif dibangun dari kelompok terdiri dari 10 (Arav), 100 (Zuut), 1.000 (Minghan), dan 10.000 (Tumen), masing-masing dengan sistem pelaporan oleh pemimpin pasukan dari tingkat lebih rendah ke tingkat berikutnya yang lebih tinggi. Unit-unit regu pasukan itu diawasi oleh seorang intendan (kepala divisi pasukan) Tumen, yang disebut jurtchi. Artinya total pasukan dapat dihitung sekitar minimal 140 ribu sampai 600 ribu orang dengan diambil rata-rata sekitar 440 ribu orang pasukan Kekaisaran Mongol yang tersebar di Wilayah Monggol sendiri dan wilayah-wilayah bawahannya yang sudah ditaklukan.

Jenghis Khan menghargai mereka, yang telah setia kepadanya selama tahun-tahun sampai ia naik ke puncak kekuasaannya, melalui surat keputusan yang dibuat dari markas besarnya. Para Tumen, dan Minghan, diperintahkan oleh seorang Noyan, yang diberi tugas untuk mengelola wilayah secara administratif pada wilayah yang sudah ditaklukan.

Dari Sejumlah Tunmen, kira-kira dua sampai lima Tumen, kemudian akan membentuk sebuah Ordu yang berarti sebuah korps gabungan  tentara atau pasukan tempur, yang mana istilah kata "Horde" atau unit tentara gabungan itu dibentuk atas perintah para Khan atau para jenderal mereka (Boyan). Sebuah Ordu adalah sebuah unit tentara gabungan yang diatur secara ketat dengan sistem organisasi dan tampilan bentuk formasi pasukan yang seragam.

Transfer atau perpindahan antar unit regu pasukan dilarang. Para pemimpin pada tingkat masing-masingnya memiliki lisensi atau wewenang penuh untuk mengeksekusi perintah mereka sendiri dengan cara yang mereka anggap terbaik. Struktur komando pasukan dengan sistem diatas terbukti sangat fleksibel dan memungkinkan tentara Mongol untuk menyerang secara massal, membagi menjadi kelompok-kelompok lebih kecil untuk memimpin pengepungan dalam penyergapan pasukan lawan, atau membagi menjadi kelompok-kelompok kecil terdiri dari 10 tentara atau lebih ketika melarikan diri atau terpecah belah saat pertempuran berlangsung.

Setiap tentara secara individu bertanggung jawab atas peralatan dan senjata yang mereka miliki (senjata inventaris pasukan), sekurang-kurangnya masing-masing dari mereka memiliki lima jenis senjata. Meskipun mereka berperang sebagai bagian dari unit pasukan tetapi keluarga dan hewan tunggangan para personil pasukan akan menemani pada setiap ekspedisi keluar wilayah.

Dari semua unit pasukan yang ada, terdapat pasukan elit yang disebut keshig. Pasukan itu berfungsi sebagai penjaga kekaisaran Kekaisaran Mongol serta tempat pelatihan bagi perwira muda potensial, Subutai Agung (penasihat militer para pewaris Jenghis Khan) memulai karirnya di sana.

B.Memutuskan Hubungan Mata Rantai Kelompok Kesukuan


Sebelum era Jenghis Khan, banyak suku dan konfederasi didaratan Mongol, termasuk diantaranya Suku-suku bangsa Naiman, Merkit, Tatar, Mongol, dan Keraits. Mereka pada awalnya sering saling melakuan penyergapan satu sama lain atau bahkan saling bergabung melakukan itu Permusuhan ini berlangsung berabad-abad lamanya. Saling balas dendam. Selain itu, banyak kelompok keluarga dan individu telah dikucilkan dari suku mereka karena berbagai alasan dan tinggal di luar perlindungan suku. Kelompok-kelompok yang terakhir inilah yang disambut oleh Jenghis Khan untuk bergabung dengan pasukannya.

Ketika terjadi penggabungan tentara baru ke dalam tentara inti, Jenghis Khan membagi tentara di bawah pemimpin yang berbeda untuk memecah hubungan sosial dan kesukuan tersebut, sehingga tidak ada pembagian berdasarkan garis keturunan dari aliansi suku-sukunya. Dengan demikian, ia membantu untuk mempersatukan masyarakat yang berbeda dan terbentuklah loyalitas baru dari setiap pasukan, satu sama lainnya. Namun demikian, identitas kesukuan lama tidak sepenuhnya hilang, masih terdapat dari beberapa suku yang merupakan orang-orang Jenghis Khan sebenarnya yang dengan tetap setia kepadanya sepanjang tahun, secara keras tetap mempertahankan beberapa integritas dan rasa identitas sebagai kelanjutanya, sedangkan Suku-suku bangsa seperti Tatar, Mergids, Keraits, Naiman dan klan bekas musuhnya yang awalnya lebih kuat dari Jenghis Khan benar-benar telah terputus kesatuan mereka. Oleh karena itu, ada contoh misal Tunmen Ongut tetapi tidak pernah merupakan bagian dari Tumen Tatar, padahal klan Ongut bagian dari suku bangsa Tartar.

Promosi jabatan diutamakan berdasarkan prestasi. Setiap pimpinan unit pasukan bertanggung jawab atas kesiapan prajuritnya setiap saat dan akan diganti jika ditemukan dan dinilai adanya ketidakcakapan dalam memimpin.

Promosi jabatan juga diberikan atas dasar kemampuan, bukan atas identitas asal muasal kelahirannya, dengan kemungkinan pengecualian untuk kerabat dari Jenghis Khan sendiri tentunya, yang merupakan tingkat komando tertinggi pada hirarki pasukan. Sebuah contoh yang baik akan Subutai, putra seorang pandai besi (profesi yang sangat terhormat sebenarnya pada masa, tetapi biasanya tidak ditakdirkan untuk jadi calon pemimpin).

Contoh dalam serangkaian invasi penaklukan Eropa Barat dan Timur, secara normal harusnya komando dipegang oleh Batu Khan, cucu Jenghis Khan. Dua pangeran lainnya yang sedarah dengan Batu Khan mengepalai masing-masing sayap pasukan itu. Tapi ketiga pangeran anak Jenghis Khan tersebut secara operasional berada di bawah pengendalian Subutai. Setelah menerima berita kematian Ogedei Khan (putra dan penerus Jenghis Khan) pada tahun 1243. Itulah Subutai, yang mengingatkan ketiga pangeran yang ogah-ogahan atas tugas dinasti mereka dan Subutai memerintahkan para Tumen untuk naik kembali ke Mongol. Dengan demikian, kejadian ini menyelamatlah Eropa dari pukulan kehancuran total lebih lanjut.

Share:

Catatan Harian Kastil Batavia 1624-1806

 Dagregister Kastil Batavia memang merupakan ‘catatan harian’ karena merupakan catatan yang dibuat setiap hari terkait surat-surat yang masuk dan keluar, kapal-kapal yang tiba berlabuh dan berlayar pergi, berbagai peristiwa dan kegiatan yang terjadi di berbagai kawasan serta urusan keuangan. Termasuk laporan keuangan tahunan dari lembaga-lembaga di Batavia. Pada Zaman Keemasan Perdagangan Nusantara pada abad ketujuh belas, dagregister ini merangkum secara luas dan rinci berbagai macam aktivitas perdagangan dan pelayaran, termasuk kegiatan VOC sendiri yang tersebar luas di kawasan ini. Selama abad ke-18, dagregister ini lebih fokus kepada kegiatan serta peristiwa setempat, sejalan dengan perhatian utama Kompeni yang selama abad ini pada perdagangan lokal di perairan Laut Jawa dan Sumatra.

Kendati dagregister ini dibuat di Sekretariat Umum Kastil Batavia, tidaklah berarti bahwa catatan tersebut hanya terkait dengan peristiwa yang terjadi di Batavia. Kenyataannya, catatan ini mengungkapkan banyak hal terkait kegiatan administrasi sehari-hari kantor pusat VOC serta kegiatannya di kawasan Asia. Setiap hari, para kerani yang bertugas memilah informasi dari semua surat dan laporan lisan yang dikirimkan ke kantor pusat Kompeni. Sepanjang abad ketujuh belas, dokumen tersebut berisi berbagai hal, kedatangan dan keberangkatan kapal-kapal Eropa, Indonesia dan Cina, berita dari kantor-kantor lokal Kompeni, laporan dari Banten (Jawa Barat), Tanjungpura, Cirebon serta tempat-tempat lain di pesisir utara Jawa, surat-surat kepada dan dari para raja, pangeran serta penguasa setempat. Dagregister Kastil Batavia boleh dikatakan benar-benar merujuk pada ribuan surat masuk dan keluar. Oleh karena itu, Dagregister ini pada dasarnya merupakan buku yang berisi catatan dari surat-surat dan ringkasannya. Namun, catatan tersebut tidak dimaksudkan sebagai catatan tertulis tentang urutan peristiwa yang terjadi di Batavia seperti yang mungkin tersirat dalam judulnya, Dagregister. Oleh sebab itu, kendati kami menggunakan judul asli yaitu ‘Catatan Harian Kastel Batavia’ (Daghregisters van het Kasteel Batavia), yang kami maksudkan adalah bahwa arsip ini mencerminkan perhatian dan kegiatan Kompeni yang lebih luas di kawasan bersangkutan.

Dagregister dari abad ketujuh belas ini terutama dibuat untuk mencatat saran-saran politik dan berita dari berbagai kantor VOC di Asia. Pada tahun 1642, Gubernur Jenderal Anthonio van Diemen (1636-1645) bahkan memutuskan bahwa para anggota Dewan Hindia bertugas untuk secara langsung memilah informasi yang terkait dengan kawasan Asia yang menjadi tanggung jawab mereka masing-masing. Oleh karena itu, Dagregister abad ketujuh belas berisi informasi yang terkait dengan sejumlah kerajaan di Asia Tenggara seperti Aceh, Pegu, Arakan, Tonkin, Siam, Perak, Kedah, Ligor, Melaka untuk sekedar menyebut beberapa saja. Pada abad kedelapan belas, informasi terkait kerajan-kerajaan tersebut semakin berkurang oleh karena perhatian VOC terpusat di Jawa (perkebunan kopi di Priangan) dan Sumatra.

Selain itu, perlu diingat bahwa pada abad ketujuh belas, tidak banyak informasi tentang kawasan di India seperti Benggala, Cormandel, Malabar dan Gujarat. Begitu juga mengenai negara-negara Persia dan Arab. Sementara infomasi mengenai Cina dan Jepang, hanya disebut secara umum saja, walaupun dalam jilid-jilid pertama dagregister terdapat informasi penting terkait hubungan VOC dengan Cina serta rangkaian usaha pertama Kompeni yang berhasil mendirikan kantor-kantor perdagangan di pulau Formosa (Taiwan) pada awal abad ketujuh belas. Urutan prioritas ini mencerminkan fakta bahwa para pejabat Kompeni yang ditugaskan di daerah tersebut, membuat catatan harian mereka sendiri terkait masing-masing kawasan tugas mereka. Kebijakan ini sejalan dengan instruksi yang diberikan oleh Heeren XVII yang berkantor di Republik Belanda, kepada Pemerintah Agung di Batavia yaitu bahwa di semua kantor VOC di Asia harus disimpan catatan terkait peristiwa yang terjadi di setiap tempat. Pembuatan catatan harian tersebut yang dimulai di tahun 1621, dapat dilihat sebagai perpanjangan kegiatan membuat catatan harian di kapal-kapal ketika dalam pelayaran.

Sumber : http://www.sejarah-nusantara.anri.go.id/id/daily_journals/
Share:

Sejarah Nama Nusantara


Nama Indonesia Pada Zaman Dahulu, Pada zaman purba, kepulauan Indonesia disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut wilayah yang kemudian menjadi IndonesiaJaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama bahasa Arab luban jawi (“kemenyan Jawa”), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil “Jawa” oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa).

Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah “Hindia”. Semenanjung Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka” dan daratan Asia Tenggara dinamai “Hindia Belakang”. Sedangkan tanah air memperoleh nama “Kepulauan Hindia” (Indische Archipel, Indian Archipelago, l’Archipel Indien) atau “Hindia Timur” (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah “Kepulauan Melayu” (Maleische Archipel, Malay Archipelago, Archipel Malais).

Pada zaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).

Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu Insulinde, yang artinya juga “Kepulauan Hindia” (bahasa Latin insula berarti pulau). Nama Insulinde ini kurang populer.

Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memperkenalkan suatu nama untuk . Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.

Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari Gajah Mada tertulis “Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa” (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).

Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu “nusa di antara dua benua dan dua samudra”, sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.

Sampai hari ini istilah nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan Indonesia.
Pada tahun 1847 ,Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). tetapi lebih senang menggunakan Malayunesia

Kemudian James Richardson Logan menggunakan nama Indunesia (yang dibuang Earl), dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia. inilah untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak dalam tulisan Logan:

Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah “Indonesia” adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

Nama Indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan Indonesiër (orang Indonesia).

Indonesia, Negeri Eksotik dengan jumlah pulaunya sebanyak 7.504 buah. (7.870 di antaranya telah mempunyai nama, sedangkan 9.634 belum memiliki nama). Tidak asing juga disebut sebagai Zamrud Khatulistiwa, tentunya karena potensi yang dimiliki oleh negeri ini begitu banyak dan terhampar di jajaran pulau-pulau tersebut. Keanekaragaman hayati, pesona alam, flora-fauna, budaya, bahasa, aneka ragam suku, dan masih banyak lainnya.

Share:

Senin, Januari 25

Dua Tahapan Revolusi Bagi Bung Karno

Kata Soekarno pada saat itu, Indonesia lepas dari imperialisme bangsa lain. Proses melepaskan diri dari imperialisme itu adalah proses revolusioner. Sebab, sebagaimana dikutip Bung Karno dari Karl Marx, tidak ada suatu klas yang dengan suka rela menyerahkan kedudukannya yang istimewa.

Sebagai revolusi, yakni meruntuhkan dan membangun, maka proklamasi 17 Agustus punya tugas: meruntuhkan kolonialisme dan imperialisme, dan kemudian membangun negara Indonesia merdeka.

Soekarno meletakkan proklamasi 17 Agustus 1945 sering disebut “Revolusi Agustus” sebagai bagian dari tahapan revolusi Indonesia. Soekarno sendiri menggariskan, revolusi Indonesia memerlukan dua tahap atau fase untuk menuju pada masyarakat sosialis.

Revolusi memerlukan tahapan atau fase
Setiap revolusi, kata Soekarno, bukanlah sebuah “kejadian”, melainkan sebuah “proses”. Di sini, Soekarno menyebut revolusi sebagai sebuah proses dinamis dan dialektis: proses meruntuhkan dan membangun.

Proses revolusi ini tidak memerlukan waktu sedikit melainkan waktu panjang perlu puluhan tahun, seratusan tahun. Soekarno pun mencontohkan  revolusi Perancis berjalan 80 tahun, revolusi Rusia memerlukan waktu 40 tahun, dan revolusi Tiongkok juga memerlukan puluhan tahun.

Revolusi itu juga akan melalui fase-fase atau tahapan-tahapn. Soekarno mengibaratkannya dengan tahap perkembangan manusia: anak-anak, dewasa, dan masa-tua. Dalam setiap perkembangan itu terdapat perbedaan kuantitatif dan kualitatif.

Demikian juga dengan perkembangan masyarakat. Bagi Soekarno, sebuah masyarakat komunal—yang didalamnya berlaku “sama rasa sama rata”– tidak bisa meloncat langsung ke sosialisme.

Soekarno mengatakan begini:
Apakah satu masyarakat, yang di dalamnya tidak ada kapitalisme, tidak ada borjuasi, tidak ada feodalisme, — yang di dalamnya ada “sama rasa sama rata”, tetapi yang di dalamnya misalnya orang harus berjalan kaki atau menaiki gerobak-kerbau kalau hendak pergi dan Bandung ke Surabaya karena tidak ada auto (mobil, ed.) atau kereta-api; yang di dalamnya orang harus hidup dalam gelap-gulita pada waktu malam karena tidak ada listrik ataupun minyak-tanah; yang di dalamnya orang bodo plonga-plongo karena tidak ada percetakan yang mencetak buku-buku atau surat-surat-kabar; yang didalamnya orang harus menderita banyak penyakit oleh karena tidak ada pabrik yang membuat keperluan pengobatan; yang di dalamnya tiap-tiap tahun di tiap-tiap sungai orang harus lagi-lagi membuat bendungan air pengairan oleh karena di dalam tiap-tiap musim-hujan dam-dam semuanya dadal sebab tidak terbuat dari besi dan beton; yang di dalamnya produksi sawah paling mujur hanya padi sekian kwintal sebau dan palawija sekian pikul sebau oleh karena pertanian masih dijalankan seperti di jaman Nabi Adam, dan tidak ada alat-alat untuk mengolah sawah-sawah itu secara semanfaat-manfaatnya;  pendek-kata: satu masyarakat kuno-kuno-mbahnya-kuno,  zonder auto, zonder kereta-api, zonder pabrik-pabrik, zonder surat-surat-kabar, zonder radio, zonder rumah-rumah-sakit, zonder kapal-kapal, zonder korek-api, zonder potlod, zonder buku-buku, zonder aspal, zonder sepeda, zonder semen, zonder sekolahan, zonder ……..ya entah zonder apapun namanya lagi, — dapatkah masyarakat yang demikian itu, walaupun di dalamnya tidak ada kapitalisme, tidak ada borjuasi, tidak ada feodalisme, dan ada “sama rasa sama rata”, — dapatkah masyarakat demikian itu bernama masyarakat yang “berkesejahteraan sosial?”

Bagi Soekarno, masyarakat seperti di atas tidak bisa menghadirkan “kesejahteraan sosial”. Masyarakat seperti di atas tidak akan bisa hidup atau berdiri teguh di tengah alam kapitalistis seperti sekarang. Masyarakat yang seperti itu, kata Soekarno, sangat gampang menjadi mangsanya imperialisme, yang sedikit-banyaknya akan dibanjiri barang-barang modern buatan industri kapitalis.

Soekarno mendefenisikan sosialisme sebagai adanya kepemilikan terhadap pabrik-pabrik atau alat produksi secara kolektif; industrialisme yang kolektif; produksi yang kolektif; dan distribusi yang kolektif.

Soekarno mengatakan: “alat-alat-teknik, dan terutama sekali  semangat gotong royong yang telah masak,  itulah soko-gurunya pergaulan hidup sosialistis. Sosialisme adalah kecukupan berbagai kebutuhan dengan pertolongannya modernisme yang telah dikolektivisir. Sosialisme adalah “redelijk gemak”,— sosialisme adalah “keenakan-hidup yang pantas”.

Karena itu, di mata Soekarno, sosialisme memerlukan syarat-syarat objektif: kemajuan tenaga-tenaga produksi, kesadaran rakyat untuk bergotong-royong, dan kehidupan politik yang sudah sangat demokratis.

Dengan demikian, masyarakat semi-jajahan dan bekas jajahan—yang benar-benar belum bersih dari sisa-sisa penjajahan—tidak bisa langsung meloncat menuju sosialisme.

Soal tahapan ini, Soekarno menjelaskan, kita bisa meneruskan tingkatan revolusi yang satu ke tingkatan revolusi yang lain (uninterupted), tetapi tidak bisa melangkahi satu tingkatan revolusi atau memborong dua tingkatan revolusi itu sekaligus. Setiap tahap revolusi bisa saja dipercepat, tetapi lagi-lagi harus memperhitungkan situasi dan hukum objektif perkembangan masyarakat setempat.

Setiap tingkatan revolusi, kata Soekarno, punya periode dan kewajiban tersendiri, sesuai dengan tahap perkembangan historis dan kontradiksi pokok yang dihadapinya. Oleh karena itu, Soekarno mengatakan, soal revolusi bukan soal “main radikal-radikalan” atau klaim paling revolusioner. Akan tetapi, Soekarno menganggap tugas seorang revolusioner adalah mengerti hukum-hukum revolusi dan hukum perkembangan objektif dari sejarah.

Dua tahap Revolusi
Soekarno membentangkan revolusi Indonesia mesti melalui dua tahap: revolusi nasional demokratis dan sosialisme.

Pada tahap pertama, yakni revolusi nasional-demokratis, tugas pokok kita adalah menghancurkan sisa-sisa feodalisme dan imperialisme. Dengan demikian, revolusi tahap pertama ini bersifat nasional dan demokratis.

Sifat nasionalnya terletak pada tugas pokoknya menghancurkan kolonialisme dan imperialisme. Sedangkan watak demokratisnya terletak pada penentangannya terhadap keterbelakangan feodal, otoritarianisme, dan militerisme.

Revolusi nasional akan menghasilkan negara nasional yang merdeka  dan berdaulat. Pada tahap itu, semua sisa-sisa kolonialisme di lapangan ekonomi, politik, dan sosial-budaya akan dilikuidasi. Negara merdeka inilah kelak senjata untuk menyiapkan syarat-syarat tahap sosialis.

Akan tetapi, seperti ditekankan Soekarno, revolusi nasional bukan berarti sekedar “indonesianisasi”. Tidak sekedar mengganti kepemilikan perusahaan asing dengan orang Indonesia. Tidak pula sekedar mengganti pegawai kolonial dengan orang-orang Indonesia. Akan tetapi, esensi revolusi nasional adalah menghancurkan nilai-nilai, kebiasaan, dan praktek sistim kolonialisme dan imperialisme di lapangan ekonomi, politik, dan sosial-budaya.

Sedangkan revolusi demokratis akan menghasilkan negara Indonesia yang benar-benar demokratis, yang terbebas dari keterbelakangan feodal dan kungkungan segala bentuk kediktatoran.

Pada tahap ini, akan dijalankan revolusi agraria yang akan membebeskan berpuluh-puluh juta kaum tani. Di sini, kepemilikan tanah akan didemokratiskan dan akan dipergunakan untuk kepentingan rakyat. Tanah, seperti ditegaskan Soekarno, tidak boleh menjadi alat penghisapan.

Pasal 33 UUD 1945 itu letaknya di fase transisi dari nasional demokratis menuju sosialisme. Jadi, pasal 33 UUD 1945 adalah usaha memberantas kapitalisme dan menyiapkan basis menuju sosialisme.

Salah satu turunan pasal 33 UUD 1945 adalah UU pokok agraria (UUPA) tahun 1960. Tugas pokok UUPA adalah melikuidasi sistem pertanahan berbau feodal dan kolonialistik. Tetapi, secara bersamaan, UUPA 1960 juga menyiapkan basis menuju sosialisme.

Tahap kedua revolusi indonesia adalah revolusi sosialis. pada tahap ini, perjuangan pokok diarahkan untuk menghilangkan segala bentuk “I’exploitation de I’homme par I’homme” dan bentuk-bentuk penghisapan lainnya.

Di dalam Manipol 1959 ditegaskan, “hari depan revolusi Indonesia adalah sosialisme”. Soekarno merumuskannya sebagai “sosialisme Indonesia”, yakni sosialisme yang disesuikan dengan kondisi-kondisi di Indonesia.

Menentang Fasensprong dan Evolusionisme
Soekarno seorang materialis historis. Ia belajar dari Marx tentang hukum-hukum objektif perkembangan sejarah. Dari sinilah Soekarno menentang keras pendapat kaum fasensprong dan evolusionisme.

Soekarno menjelaskan pandangan evolusionisme sebagai berikut: “masyarakat ini bertumbuh dari satu tingkat secara evolusioner cepat atau tidaknya evolusi ini tergantung daripada keadaan kelain tingkat. Dikatakan, masyarakat manusia ang dulunja agraris, secara evolusioner dengan sendirinya masuk kedalam tingkat fase industri kecil. Di tingkat industri kecil, bercampur dengan tingkat agraris ini, dengan sendirinya nanti otomatis evolusioner masuk dalam tingkatan industri kapitalis. Dan dari tingkatan industri kapitalis itu secara evolusioner dengan sendirinya masuk didalam alam sosialis.”

Soekarno tidak setuju dengan pandangan ini. Menurutnya, masyarakat agraris tidak akan serta-merta menuju industrialisasi kapitalis, apalagi menuju sosialisme. Sebab, perkembangan masyarakat Indonesia, juga tenaga-tenaga produktifnya, dirintangi oleh sisa-sisa feodalisme dan kolonialisme/imperialisme.

Selain itu, evolusionisme berarti tidak menghancurkan sarana-sarana lama, yakni feodalisme dan kolonialisme, dengan sesuatu yang baru. Tidak ada penjebolan masyarakat lama dan pembangunan masyarakat baru. Akibatnya, evolusionisme lebih mirip dengan “menyerahisme”.

Sementara itu, pendapat lainnya adalah fasensprong, yakni bahwa masjarakat agraria kita bisa melompat kemasjarakat sosialis tanpa harus melalui kapitalisme.

Teori ini juga dibantah oleh Bung Karno. Fasensprong mengabaikan fase revolusi nasional demokratis. Bagi pendukung fasensprong, di negeri semi-jajahan seperti Indonesia, yang dianggapnya ‘mata-rantai terlemah kapitalisme’, ada peluang untuk meloncat langsung ke sosialisme.

Akan tetapi, bagi Soekarno, sosialisme tidak akan bisa dibangun tanpa menghancurkan sepenuhnya feodalisme dan kolonialisme/imperialisme. Soekarno mengatakan, sosialisme hanya akan menjadi obrolan omong-kosong ketika hanya sedikit saja orang yang bisa membaca; rumah-rumah hanya diterangi oleh lampu minyak-kelapa, ibu-ibu masih meniup-niup api dapur untuk memasak, dan ibu-ibu masih memintal atau menjahit sendiri tiap-tiap baju anaknya.

Sosialisme, kata Soekarno, memerlukan kemajuan teknik dan klas pekerja yang terorganisir. Sebab, prinsip sosialisme adalah: setiap orang bekerja sesuai kemampuan dan menerima sesuai hasil kerjanya. Maka, harus ada kemajuan tenaga-tenaga produktif secara besar-besaran, agar bisa berproduksi secara melimpah dan memenuhi kebutuhan rakyat. Tanpa itu, sosialisme hanya akan berarti kemiskinan, kelaparan, dan keterbelakangan.

Soekarno sangat menyadari, kemajuan tenaga-tenaga produktif dihambat oleh sisa-sisa feodalisme dan imperialisme. Imperialisme hanya menjadikan Indonesia sebagai penyedia bahan baku bagi industri kapitalis, pasar bagi hasil produksi negara imperialis, penyedia tenaga kerja murah, dan tempat penanaman modal asing.



Share:

PERANG BUGIS (SELANGOR)-BELANDA (1784-1786)

 Oleh kerana terlalu marah kepada Sultan Ibrahim ibni Sultan Salehuddin (Raja Lumu) ibni Daeng Chelak kerana memberi bantuan ketenteraan kepada Raja Haji Fisabilillah (Marhum Teluk Ketapang) ibni Daeng Chelak maka Belanda telah bertindak untuk serang kubu Sultan Ibrahim di Kuala Selangor atau lebih tepatnya terletak di Bukit Malawati. Sebab lain serangan itu dibuat adalah untuk menamatkan ancaman ekonomi dan kuasa Selangor yang kian membangun di wilayah Selat Melaka yang sememangnya memberi persaingan kepada Belanda.

Tanggal 13 Julai 1784, serangan dari Belanda yang diketuai oleh Laksamana Jacob Peter Van Braam itu bergerak dari Melaka dengan 11 buah kapal perang. Belanda juga mendapat bantuan dari angkatan tentera dari Siak yang diketuai oleh Raja Muhammad Ali yang sememangnya bermusuhan dengan orang-orang bugis secara tradisi.

Angkatan tentera Belanda membedil Kuala Selangor dengan dahsyat dan memberi tempuran yang sengit kepada tentera-tentera Selangor dari arah Sungai Selangor dan dibalas oleh meriam-meriam askar-askar Sultan Ibrahim di kubu. Angkatan tentera Selangor diketuai oleh panglima perangnya yang bernama Saiyid Jaafar. Perang yang amat hebat antara dua pihak ini berlangsung selama 2 minggu.

Akhirnya pada 2 ogos 1784, Belanda berjaya menawan Kuala Selangor dan sekaligus dapat menawan kubu utama orang-orang Selangor iaitu Bukit Melawati. Sultan Ibrahim bersama 300 orang tentera dan pengikutnya terpaksa berundur sehingga ke Pahang dan disitu baginda disambut baik oleh Bendahara Abd Majid.

Setelah Belanda berjaya menawan Bukit Melawati, mereka menghancurkan kubu disitu dan membina kubu yang baru yang menampakkan ciri-ciri kubu Belanda. Kubu yang baru itu diberi nama Fort Altingsburg (sempena nama Gabenor-Jeneral Belanda) dan Fort Utrecht (sempena nama kapal perang Belanda).

Selain itu Belanda telah melantik Raja Muhammad Ali sebagai 'sultan' Selangor yang baru. Tak lama kemudian Raja Muhammad Ali telah pulang ke Siak dan tempatnya diambil oleh anak saudaranya yang bernama Saiyid Ali yang mengiktiraf dirinya sendiri sebagai 'sultan' .

Rakyat-rakyat Selangor tak iktiraf beliau sebagai raja mereka kerana atas jati diri yang kuat sebagai orang Bugis dan penerimaan daulat Sultan Ibrahim sebagai wangsa Bugis sebagai waris yang sah. Belanda cuba memujuk sekalian rakyat Selangor untuk menerima raja dari Siak itu namun gagal sekaligus menunjukkan penolakan unsur kepimpinan yang non-Bugis dan menunjukkan sikap anti-Belanda.

Sementara itu di Pahang, Sultan Ibrahim telah mengatur strategi selama setahun untuk kembali merampas Bukit Malawati dari tangan Belanda. Bendahara Abd Majid telah menyediakan dan memberi sumbangan kelengkapan untuk berperang. Maka pada tahun 1785, Sultan Ibrahim bersama orang-orang Pahang seramai 2000 orang bertolak dari Pahang menuju ke Bukit Malawati untuk membuat serangan. Di tengah perjalanan, Sultan Ibrahim telah singgah di Permatang dan berjumpa dengan Punggawa Permatang untuk mendapatkan bantuan supaya tentera-tenteranya lebih kukuh untuk melawan Belanda.

Pada 27 Jun 1785, serangan telah dilancarkan di Bukit Malawati pada waktu malam dengan secara mengejut. Sultan Ibrahim yang sememangnya dikenali sebagai seorang yang agresif bersesuaian dengan jati diri anak Bugis telah melawan habis-habisan pada malam itu. Keris, lembing, tombak serta pemuras dan senapang digunakan sebaik mungkin untuk menewaskan orang-orang Belanda. Akhirnya tentera-tentera Belanda telah berundur dan melarikan diri dengan menaiki kapal pulang ke Melaka. Sultan Ibrahim kembali bertakhta setelah setahun meninggalkan negeri.

Susulan dari itu, sekali lagi Laksamana Jacob Peter Van Braam pergi ke Kuala Selangor dengan angkatan yang lebih besar iaitu sebanyak 17 bauh kapal perang. Tapi kali ini tiada serangan dibuat hanya pengepungan dilakukan. Pengepungan di sekeliling Sungai Selangor ini dilancarkan pada julai 1785. Maka beras dan lain-lain barang keperluan di Selangor telah naik harga dek kerana pengepungan tersebut. Dan ini telah mendatangkan kesusahan kepada rakyat-rakyat Selangor.

Setelah selama setahun Kuala Selangor dikepung maka pada 29 Jun 1786, Sultan Ibrahim dengan Belanda telah berdamai apabila beberapa faktor diambil kira dengan menandatangani sebuah perjanjian. Antara syarat-syarat perjanjian ialah :
1)Selangor akan jual hasil timah kepada Belanda.
2) Sultan Ibrahim terpaksa akui kuasa Belanda.
3) Belanda iktiraf Sultan Ibrahim sebagai raja pemerintah.

Gambar : Bukit Melawati yang terkini (meriam-meriam peninggalan VOC Belanda)

Sumber :
- Sejarah Selangor (Buyong Adil)
- Selangor, Sejarah dan Proses Pembangunannya (Adnan Hj Awang & Mohd Fadzil Othman)
- Tuhfat Al-Nafis (Raja Ali Haji)

Kredit : Sdr.Irham Aqil Zulkifli
Share:

Minggu, Januari 24

Lentak Dana Revolusi Soekarno Terlacak



Diskusi dimana-mana tentang Dana Amanahselalu jadi center di perbincangkan. Terutama harta Amanah Soekarno. Sejumlah orang mengaku berhasil mendeteksi lokasi-lokasi Dana Amanahtersebut. Konon, harta itu dijaga Sri Paduka dan hanya bisa dibuka oleh pemegang kunci amanah.

Beberapa orang mulai menyangsikan adanya Dana AmanahSoekarno. Dana Amanahatau dikenal dana revolusi itu konon merupakan dana perang yang didapat dari bantuan gaib. Selain itu ada juga yang didapat dari bantuan Karaton Mataram Islam saat Paku Buwono ke X berkuasa.

Sebelum negara ini menyatu menjadi Republik, kabarnya Soekarno sempat menyatukan seluruh harta perang revolusi. Tapi kini seluruh Dana Amanahitu telah tiada entah kemana?. Kabarnya, Soekarno telah menyebarnya ke beberapa wilayah harta tersebut disebar di Pulau Jawa.

Pengaruh kesaktian Soekarno dan dibantu kekuatan gaib misalnya jin dari alam lain yang konon yang membuat harta tersebut sulit dilacak keberadaannya.

Hilangnya Dana Amanah Soekarno itu kemudian menjadi rumor dimana-mana. Dari rumor menjadi mitos hingga legenda. Tetapi bagi para pemburu harta karun, semua itu adalah misteri yang harus dipecahkan, terutama karena nilainya yang tidak terkirakan.

Dana Amanah yang terdiri dari emas batangan maupun logam mulia diyakini nilainya sampai berton-ton. Dan semuanya dalam bentuk lantakan. Selain emas dan logam mulia, beberapa barang berharga yang lain diantaranya samurai roll, meja giok, keris pusaka, mustika mirah delima, uang Brasil milik Soekarno yang dipergunakan sebagai dana revolusi yang jumlahnya ribuan peti.

Karena tergoda dengan banyaknya Dana Amanah Soekarno itu, tidak sedikit pula orang memburunya, dari kalangan paranormal, dukun, hingga kiai. Semuanya kepincut dengan harta gaib peninggalan SOEKRANO. Bagi mereka, harta SOEKRANO sangat menggiurkan.

Bahkan salah seorang petinggi negeri ini sempat kepincut dengan Dana Amanahyang konon berada di situs batu tulis Bogor. Sampai-sampai situs tersebut sempat dibongkar demi mencari harta gaib.

Selama ini cerita yang beredar di kalangan para pemburu Dana Amanahmelalui media paranormal dan mediator (makelar gaib) menceritakan, bahwa harta itu tertutup di beberapa gudang gaib di pulau Jawa.

Kustadi (58), mediator asal Pasar Kliwon Solo ini menceritakan, Soekarno menyimpan Dana Amanahitu di sebuah gudang penyimpanan yang sangat gaib. Tidak sembarang orang mengetahui lokasinya.

“Harta itu disimpan di sebuah lokasi yang sangat rahasia dan dijaga oleh ribuan makhluk gaib,” ujar Kustadi.

Menurut Kustadi, gudang gaib itu berada di di kaki Gunung Merbabu dan Lereng Merapi tepatnya sebelah barat wilayah Jawa tengah.

“Untuk wilayah Jawa Barat lokasinya ada di Tasikmalaya, Tangkuban Perahu, dan Gunung Galunggung,” tandasnya.

Untuk wilayah Jawa Timur, lanjut Kustadi, Dana Amanahitu tersimpan di alas Purwo dan dijaga ribuah makhluk gaib sangat kuat. Secara keseluruhan pusat dari gudang Dana Amanahgaib di tanah Jawa berada di Tangkuban Perahu.

“Harta itu ditunggu sendiri oleh Sri Paduka,” lanjutnya. Sebutan Sri Paduka yang dimaksud bahwa di kalangan mediator dan pemburu Dana Amanahadalah Soekarno.

Pemegang Kunci Amanah
Di kalangan para pemburu harta karun, sosok Soekarno kerap dianggap sebagai sosok raja dan penguasa gaib. Dia akan memberikan kesejahteraan bagi negeri ini dan dunia pada saatnya nanti. Dana Amanahpeninggalan yang berjumlah triliun suatu saat akan keluar, dan harta itu nantinya akan digunakan bagi kemakmuran negeri ini.
Selama ini para pemburu Dana Amanahpaham bagaimana cara mengambilnya. Menurut mereka, orang yang bisa mengambil harta tersebut biasanya orang yang diberi amanah. Orang-orang yang diberi amanah itu juga bukan sembarang. Amanah diberikan sendiri oleh Soekarno.

“Mereka adalah orang-orang pilihan, sehingga ketika harta berhasil diambil, mereka bisa menggunakannya untuk tujuan yang baik, bukan untuk kepentingan pribadi,” cerita Kustadi.

Namun Kustadi tidak tahu bagaimana ‘amanah’ itu diberikan oleh Soekarno. Menurut cerita, sebelum Dana Amanahitu muksa, Soekarno meninggalkan sebuah amanah yang tertulis dalam sebuah surat wasiat, surat wasiat ini berisi daftar beberapa orang-orang yang diberi amanah sebagai kunci pengambilan harta karun. Orang orang itu tidak di ketahui secara pasti siapa saja, namun mereka memiliki garis yang telah diamanahkan Soekarno sebagai pemegang kunci harta karun.

Kustadi menambahkan, orang-orang yang diberi kunci amanah tersebut konon harus menyatu dengan harta karun.

“Beberapa orang ini harus menyatu sebagai kunci apabila Dana Amanahhendak diambil,” ungkap Kustadi.

Pasalnya, sebagai seseorang linuwih, Soekarno sebelum meninggal telah mengetahui dan menitipkan kunci amanah secara acak ke beberapa orang dari berbagai kalangan. Orang orang ini termasuk orang pilihan yang kemudian hari akan bersatu sebagai penyejahtera rakyat.

Selama menjadi mediator gaib, Kustadi mengaku telah ratusan kali mengitari pulau Jawa demi membuktikan kebenaran adanya Dana Amanahtersebut. Bahkan dirinya pernah menjadi mediator dari seorang paranormal (warga Garut) yang dipercaya sebagai pemegang kunci amanah. Tak hanya dirinya saat itu yang menjadi mediator, salah satu temanya juga menjadi mediator kunci amanah yang lain.

“Saya pernah menjadi utusan seseorang dari Garut Jawa Barat yang diberi amanah membuka harta karun, sedangkan satu lagi menjadi mediator utusan kunci amanah dari daerah Gunung Bromo,” kenang bapak tiga anak ini.

Menurut Kustadi, kedua mediator ini masing-masing membawa pesan berupa selembar uang dari salah satu gudang gaib. Uang itu bertuliskan huruf-huruf Jawa sebagai pesan bahwa seseorang yang mengirim mediator benar- benar salah satu dari seorang kunci amanah.

Setelah kedua mediator bertemu, lembaran uang akan ditukar dan dikembalikan kepada kunci amanah masing masing. Lembaran uang itu oleh pemegang kunci amanah akan didilipat menjadi empat bagian lalu diberi doa. Tak berapa lama uang itu akan berubah menjadi lembaran uang ratusan ribu rupiah.

Menurut cerita di kalangan mediator, uang yang bertulisakan coretan huruf Jawa itu digunakan sebagai tanda diri bahwa dia seorang kunci amanah.

“Beberapa pemegang kunci amanah kini mulai membentuk paguyuban sebagai wadah memburu Dana Amanahpeninggalan Soekarno. Paguyuban ini terstruktur dan masing masing anggota memiliki kewajiban menemukan pemegang kunci amanah lainnya,” kata Kustadi.

Selain pemegang kunci amanah, para pemburu Dana Amanahini setia menunggu waktu yang kelak gudang Dana Amanahterbuka.

Sebaliknya, jika bukan pemegang kunci amanah, maka perburuan Dana AmanahSOEKRANO akan sia-sia dan bahkan bisa memakan tumbal nyawa. Memang banyak sekali perburuan yang dilakukan secara terbuka, karena pelaksanaannya diketahui publik. Lantas, bagaimana dengan perburuan yang dilakukan sembunyi-sembunyi? Ternyata jauh lebih banyak.

Pada kantung-kantung masyarakat tertentu, perburuan itu masih aktif dilakukan. Seperti yang dikatakan Kustadi, mereka bekerja diam-diam, tapi kadang juga sangat nekad. Mereka paham jika harta itu hanya bisa diambil oleh orang-orang yang memegang kunci amanah. Namun mereka tidak peduli bahkan rela menggadaikan nyawanya.

Orientasi perburuan pun bukan hanya pada penemuan Dana Amanahpeninggalan Soekarno, tapi juga bagaimana memiliki dan menyimpan harta untuk kepentingan pribadi.

Di Palembang, misalnya, ada kelompok tertentu yang aktif memburu harta sisa-sisa peninggalan SOEKRANO. Orientasi perburuan mereka adalah gua-gua yang ada di kawasan itu. Harta yang dicari berbentuk barang-barang antik dan emas permata.

Mereka meyakini harta-harta masa lalu itu disimpan di dalam gua-gua. Sebuah tim ekspedisi di pertengahan tahun 1990-an, pernah mengendus keberadaan Dana Amanahdi dalam sebuah gua.

Hal ini diungkap Moh. Hasbi (40), warga Palembang yang kini berdomisili di Jl Siliwangi, Bandung. Kebetulan ayahnya adalah salah seorang anggota tim tersebut. Ketika itu, tim yang berjumlah lima orang sudah menemukan sebuah gua di tengah belantara.

Di salah satu ruang dalam gua itu, ditemukan sebuah ranjang tertutup kain sutera. Di atasnya terdapat setumpuk perhiasan aneka rupa. Ada emas, perak, mutiara, intan berlian, serta seperangkat benda-benda pusaka.

Tim yang dipandu ahli gua dan seorang paranormal ini bergerak atas dukungan dana pihak ketiga. Sayangnya, harta-harta itu tak secuilpun boleh dibawa pulang. Larangan itu didasarkan pada sebuah suara gaib ketika mereka berada di mulut gua. Suara itu bersedia memandu mereka menuju tumpukan harta, dengan syarat tak boleh mengusiknya, apalagi membawa pulang. Termasuk juga tak memberitahukan keberadaannya kepada siapapun.

Setelah diperlihatkan keberadaan tumpukan harta itu, mereka berlima bergegas meninggalkan gua. Namun entah apa yang terjadi, sampai di luar gua, jumlah mereka tinggal empat orang. Akhirnya setelah seorang pemandu berdialog dengan penghuni gaib gua itu, diperoleh sebuah keterangan.

“Salah seorang anggota tim ternyata diam-diam telah lancang mengambil salah satu benda berharga di tempat itu. Dan orang itu langsung hilang dari pandangan,” tutur Hasbi.

Dana AmanahDitemukan
Sampai saat ini mitos Dana Amanahpeninggalan Soekarno masih menjadi kontroversi. Bahkan kebenaranya terus dipertanyakan. Tak hanya di Jawa, di Jeneponto Sulawesi pun beberapa tahun yang silam sempat heboh penemuan Dana Amanahpeninggalan Soekarno.

Penemu Dana Amanahasal Jeneponto ini, meskipun sedikit dibumbui dengan cerita mistis, namun nyatanya ia berhasil mendapatkan Dana Amanahyang jika ditotal mencapai 35 triliun rupiah. Berita ini bahkan sempat menjadi tajuk utama media lokal di Sulawesi.

Saat itu Piagam Dg Ledeng (60), warga kampung Bulo Bulo Batujala, Bulusuka, Jeneponto ini mengaku mendapatkan Dana Amanahitu saat malam 17 Ramadan 2010. Saat itu dirinya bermimpi didatangai sosok mahkluk gaib pada malam Lailatul Qadar.

Pada malam itu rumah Piagam bermandikan sinar cahaya menyala seperti bara api. Orang orang di sekitar rumah Piagam mengira rumah miliknya terbakar. Malam itu ternyata Piagam mendapat sebuah Dana Amanahmilik Soekarno.

Dalam peti harta itu di temukan ada 70 emas batangan masing masing seberat hampir 1 kg dengan kadar 24 karat. Selain emas terdapat juga mustika giok, mustika batu mirah delima. Mustika batu besi serta mumi berukuran 7 inchi, Samurai hand roll warna kuning buatan tahun 1013 dan pedang sabuk samurai buatan 1718.

Pada gagang samurai terdapat mustika batu giok warna hijau. Belum lagi pusaka keris yang mampu berdiri tegak dan tiga peti mata uang Cruzeiro Brasil tahun 1964 yang berjumlah ratusan ikat dengan nilai pecahan 5000. Seluruh mata uang ini jika dikurskan ke rupiah nilainya mencapai puluhan trilliun rupiah. Dalam peti itu juga terdapat deposito dari Bank Swiss yang ditandatangani langsung Presiden Soekarno.
“Dalam peti uang itu juga terdapat sertifikat deposito dari Bank Swiss yang ditandatangani Soekarno, Presiden pertama RI,” ungkap Muhammad Jafar, Camat Tarowang yang ditanyai keaslian Dana Amanahtersebut.

Jafar kemudian menjelaskan bahwa keasliannya pernah diuji pihak Pegadaian. Hasilnya, logam emas dalam peti itu disebut asli dengan kadar 24 karat. Keaslian uang Brasil tersebut juga telah dibuktikan oleh pihak perbankan dan dari pihak penukaran uang.

Piagam juga menemukan dan menyimpan uang rupiah pecahan seribu bergambar Soekarno. Jika disorot dengan sinar laser, pada mata uang tersebut terbayang tulisan Arab yang diyakini petikan Alquran. Uniknya, mata uang tersebut dapat tergulung sendiri kala dipegang.

Kisah penemuan Dana AmanahSoekarno tidak hanya berakhir disini. Seorang pria, Soenuso Goroyo Soekarno, mengaku memiliki harta warisan Soekarno untuk negara Indonesia. Pria kelahiran Yogyakarta, 45 tahun lalu itu, bahkan menyebut dirinya sebagai Satrio Piningit.

Lelaki ini mengaku dapat mengangkat peninggalan Presiden Pertama RI. Bentuknya berupa ratusan keping emas lantakan, platinum, sertifikat deposito obligasi garansi, dan lain-lain.

“Ini baru sampel dan silakan mengecek kebenarannya. Jika bohong, saya siap digantung,” katanya waktu itu.

Mantan anggota TNI yang dahulu bernama Suwito itu sengaja mengundang wartawan di rumahnya, Perumahan Cileungsi Hijau, daerah perbatasan Bogor-Bekasi, untuk menyaksikan temuannya. Di rumahnya yang cukup megah disiapkan hidangan layaknya orang hajatan. Maklum, Goroyo, begitu dia biasa disapa, juga mengundang Pangdam Jaya, Kapolda, dan anggota Muspida. Tetapi dari mereka, tak ada pejabat datang.

Kepada tamunya, suami RA Lastika ini memperlihatkan peti besar berisi ratusan keping emas lantakan, masing-masing beratnya 8 ons bergambar Soekarno dan di baliknya ada gambar padi dan kapas. Pada satu sisinya ada tulisan 80 24K 9999. Sementara itu emas putih (platinum) juga berbentuk lantakan berlogo tapal kuda putih bertulisan JM Mathey London. Logam itu dibungkus emas dan bersertifikat emas pula.

Meskipun bersertifikat dan diyakini keasliannya, pada kesempatan itu tidak dihadirkan orang yang mengetahui emas atau pakar yang bisa memastikan asli atau tidak harta benda tersebut.

Peninggalan lain berupa sertifikat deposito bertanggal 16 Agustus 1945 yang dikeluarkan oleh BPUPKI yang menyebut sejumlah harta yang disimpan di suatu tempat. Ada pula sertifikat berbahasa Inggris yang juga disegel dan ditulis di atas lembar kuningan. Sertifikat itu ada yang bertuliskan “Hibah Substitusi” yang dipercayakan kepada R Edi Tirwata Dinata (108).Yang terakhir ini, konon karena sudah tua, lantas memberikan kuasa kepada R Anton Hartono untuk mengurus harta benda yang disimpan di Swiss. Bentuknya mikrofilm, dua lembar dokumen, anak kunci boks deposit di JBS, Jenewa, dan dua buah koin. Di dalam sertifikat itu disebutkan, ada dana berjumlah 126,2 miliar dolar AS dan 63,10 miliar dolar AS.

Goroyo mengemukakan, dia hanya ingin ada saksi dari aparat soal harta temuannya itu. Selanjutnya akan diserahkan kepada Megawati dan diharapkan bisa melunasi utang luar negeri pemerintah.

“Saya tidak ingin imbalan apa pun termasuk jabatan. Saya hanya butuh pengakuan dan surat kuasa untuk meneruskan pencarian harta ini. Namun tampaknya Kapolda dan Kapolri berhalangan.”

Apakah Goroyo ini bisa menjadi penutup kisah mengenai harta misterius Soekarno. Tidak menutup kemungkinan, akan muncul Goroyo lain yang mengaku menemukan segudang harta. Bagaimanapun klaim mengenai penemuan harta karun, sepatutnya disikapi dengan bijak agar masyarakat tak lagi terjebak oleh buaian mitos.

Usai Bertapa di Gunung Galunggung
Namanya Hj. Dewi. SN (52). Dia seorang spiritualis yang juga dipercaya sebagai salah satu pemegang kunci amanah. Dewi menceritakan saat ditemui di rumahnya di Perum Puri Pondok Indah Colomadu perihal Dana Amanahpeninggalan Presiden RI pertama.

“Semua ini berhubungan dengan kodrat, suatu hari kelak bangsa ini akan dipimpin seorang manusia yaitu sejatine manusia. Kodrat ini kelak akan menyejahterakan rakyat, bangsa dan negara. Saat itulah apa yang sekarang diperdebatkan akan muncul,” tutur wanita yang sering dipanggil Bunda ini.

Wanita beranak empat ini menambahkan, saat ini dirinya diberi amanah oleh Soekarno sebagai pemegang kunci harta karun.

“Saya mengetahuinya (sebagai kunci amanah) saat berada di Gunung Galunggung. Saat itu saya sedang menjalani serangkaian ritual khusus atas wangsit dari mimpi,” terangnya.

Dewi harus menjalani serangkaian ritual khusus di daerah Pulau Jawa. Nah, ritual yang terakhir ia jalani yaitu bertapa selama 40 hari 40 malam di Gunung Galunggung. Saat menjalani laku itu beberapa godaan dan rintangan menerpa dirinya tiap malam. Hingga akirnya pada hari ke dua puluh satu di Gunung Gulunggung, Dewi mendapat Mustika Rantai Bumi.

Tapi mustika itu dibuangnya kembali. Dalam hati Dewi hanya ingin mengetahui apakah benar harta Sri Paduka itu ada.

Tak hanya mustika rantai bumi yang sempat mampir kepadanya. Di hari ke dua puluh tujuh tiba tiba di pangkuannya telah ada sebuah berlian sebesar kepalan tangan orang dewasa. Hingga akhirnya pada hari ke empat puluh, wanita ini diajak seseorang dan dihadapkan langsung dengan Sri Paduka. Di situlah dirinya menerima wejangan dari Sri Paduka dan mendapat penjelasan bahwa dirinya orang yang diberi amanah.

Bahkan saat itu diperlihatkan beberapa peti Dana Amanahberisi batangan emas dan logam mulia. Beberapa dari peti harta itu sempat juga ia bawa pulang dengan menggunakan mobil jeep yang dibawa saat menjalani laku ritual. Jeep yang ia kendarai sempat doyong di bagian belakangnya karena beratnya muatan peti harta karun. Namun sesampainya di rumah Dana Amanahdalam peti yang semula ditaruh di jok belakang tiba tiba lenyap tak berbekas.

“Mungkin saat itu belum waktunya, suatu hari kelak, harta itu pasti juga akan bisa dimiliki,” pungkasnya.

Semua Harta Soekarno Bisa untuk Bayar Utang Indonesia
Soenuso Goroyo Soekarno sangat yakin dengan temuannya. Bahkan dia mengaku sebagai Satrio Piningit. Menurutnya, Dana Amanahyang dibebernya saat itu adalah asli harta peninggalan Soekarno untuk bangsa Indonesia.

“Insya Allah, jika saya diberi izin, semua harta peninggalan Soekarno ini bisa membayar utang kita. Saya yakin bisa melaksanakannya,” ungkap Goroyo sembari membantah dirinya paranormal.

Dia juga membantah berambisi menjadi presiden atau jabatan politis lain.
“Semua saya lakukan dan beberkan untuk membangun negara kita,” tegas Goroyo mengenakan stelan jas putih, sepatu putih, mirip yang dikenakan Presiden Soekarno.

Di ruang tamunya juga dipajang foto dirinya bersama seorang jenderal. Ada pula yang memperlihatkan saat dirinya menjadi anggota Batalyon Arhanud SE 10/Kodam Jaya. Namun, dia enggan membeberkan latar belakang jati dirinya.

“Saya ini orang susah. Jadi tentara pangkatnya juga di sini (memegang lengannya). Jika saya pakai pakaian seperti ini, hanya model. Kebetulan saya suka,” tuturnya.

Goroyo menceritakan proses pencarian harta tersebut. Diawali dari kebiasaannya bertirakat di berbagai tempat, lantas mendapatkan petunjuk. Petunjuk awal adalah sebuah tongkat wasiat yang diyakini tongkat komando milik Presiden Soekarno yang kemudian disimpannya hingga kini. Selanjutnya, dengan tirakat pula, secara gaib harta benda itu bisa diangkat dari beberapa daerah di Bali, Jawa Tengah, dan Sumatera Selatan.

“Meskipun benda ini kini nyata, tapi awalnya adalah harta gaib. Jadi, mengambilnya juga dengan cara gaib. Saya tidak boleh memilikinya. Saya diperintahkan menyerahkan kepada negara untuk menyelamatkan bangsa,” paparnya.

Pengakuan Soekarno Soal Harta
Saat ini banyak orang percaya bahwa Soekarno memiliki harta. Lalu bagaimana pengakuan Soekarno soal hartanya?

Seperti disampaikan kepada Cindy Adams dalam Soekarno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Soekarno mengaku sama sekali tidak pernah meninggalkan harta.

“Selain itu, ke mana aku akan pergi? Aku tidak memiliki rumah sendiri. Tidak ada tanah. Tidak ada tabungan. Lebih dari sekali aku tidak mempunyai sisa uang untuk pengeluaran rumah tanggaku. Di sebuah negara, duta besar kami terpaksa membeli piyama untukku. Satu-satunya piyama presiden sudah sobek. Negara menyediakan tempat tinggal dengan cuma cuma, bebas pemakaian listrik, empat buah mobil resmi dan tiga di dalam garasi untuk tamu negara-bukan 15 mobil pribadi seperti diberitakan oleh sebuah majalah luar negeri- dan mereka membelikan pakaian seragamku. Tetapi akulah satu-satunya presiden di dunia yang tidak punya rumah sendiri. Baru-baru ini rakyatku menggalang dana untuk membangun sebuah gedung buatku, tetapi di hari berikutnya aku melarangnya. Ini bertentangan dengan pendirianku. Aku tidak mau mengambil sesuatu dari rakyatku. Aku justru ingin memberi mereka.”

Kendati Soekarno mengungkapkan tidak memiliki harta, namun bagi para pemburu harta, kata-kata Soekarno itu merupakan kata-kata yang tersirat. Apa yang dikatakan Soekarno hanyalah bagian luarnya saja, selebihnya hanya orang-orang linuwih yang tahu dalamnya Soekarno. Karena itu mereka tetap yakin Sri Paduku Soekarno tetap menyimpan Dana Amanahyang tidak ternilai.

Emas batangan yang ditemukan Piagam Dg Ledeng.

Harta Soekarno Disimpan di Istana Merdeka?
Semua dana revolusi itu disimpan dalam bentuk-bentuk batangan emas bernilai triliunan rupiah dan uang dalam rekening di bank Swiss diakui sejarahwan Asvi Warman Adam tidak benar adanya.

Menurutnya Soekarno tidak meninggalkan Dana Amanahsebesar itu.

“Semua tentang dana revolusi ini tidak jelas. Tidak tahu berapa besarnya, apakah ini benar atau tidak. Semua ini cuma isu,” ujar Asvi.

Asvi ragu Soekarno benar-benar meninggalkan harta berpeti-peti emas. Dia menceritakan tahun 1960an, ada program pembangunan patung Antariksa yang sekarang dikenal sebagai patung Pancoran. Saat itu Edhi Sunarso yang memimpin proyek mengeluhkan kekurangan dana pada Soekarno. Saat itu pula Soekarno menyuruh Sunarso menjualkan mobilnya untuk biaya pengerjaan patung tersebut.

“Dengan contoh ini kita bisa mengambil kesimpulan, kalau Soekarno punya uang, kalau Soekarno punya uang buat apa dia menjual mobilnya segala. Cukup ambil saja dari emas itu,” terang Asvi.

Asvi menjelaskan memang ada harta peninggalan Soekarno yang disimpan di Istana Merdeka. Harta itu sempat didata oleh Kolonel Maulwi Saelan yang saat itu menjabat wakil komandan Tjakra Birawa. Ada beberapa lukisan dan barang berharga milik Soekarno. Tidak jelas kemana barang-barang ini setelah Soekarno lengser.

“Dulu kan saat Soekarno meninggalkan Istana dia hanya membawa bendera pusaka, bahkan hanya bersendal dan berpakaian seadanya. Nah kemana harta Soekarno yang di Istana itu? Apakah dicuri atau dimana? Ini yang harusnya diusut,” kata Asvi.

Asvi pun tidak yakin dengan orang-orang yang mengaku tahu soal Dana AmanahSoekarno. Apalagi jika sampai menyerempet hal-hal gaib. Dia yakin hal itu tidak bisa dipertanggungjawaSoekranoan.

Malah dana amanah soeakarno dalam persi lain hanya dapat di cairkan oleh orang-rang pilihan salah satunya adalah MUHAMMAD SOLEH SUAEDI dalam beberapa grob facebook telah membuka inpestasi dengan aikon tradin forex. Beberapa yang tergabun didalamnya menyampaikan bahwa beliau adalah ketrunan raja. Tapi saat ini investasi ini telah macet dan tidak membayar membernya.

Share:

Pengikut