Tapi, sejarah telah membuktikan bagaimana hilangnya tokoh-tokoh lama kemudian munculnya penguasa baru. Penguasa yang dulu sangat diagungkan dengan seketika lenyap begitu saja. Seiring berjalan waktu sedikit demi sedikit ketokohannya semakin pudar. Maka muncullah penguasa baru yang begitu semangat, berdiri tegar dan dipenuhi dengan rasa dendam atas kekuasaan anda masa lalu.
Gejolak dendam ketika anda berkuasa, maka semakin hari semangatpun semakin jadi keinginan untuk melakukan perubahan, bahkan mereka ingin menunjukan bahwa “aku bukan tidak tahu sosok kekuasaan anda dulu” perkataan ini merupakan reaksi dari keganasan dan ketertindasan anda dulu.
Jadi, ketertindasan itu bukanlah sebuah peristiwa yang bisa diketahui akhir ceritanya. Bukan tidak bisa keberhasilan melawan ketertindasan itu dapat meraih gelar pahlawan. Tetapi, suatu saat bisa saja menindas setelah mendapat gelar pahlawan atau ketokohan yang menjadi kebanggaan.
secara empiris, disaat reformasi bergulir di indonesia, gerakan mahasiswa seakan-akan tak pernah absen dalam menanggapi setiap upaya depolitisasi yang dilakukan penguasa. Terlebih lagi, ketika maraknya praktek-praktek ketidakadilan, ketimpangan, pembodohan, dan penindasan terhadap rakyat atas hak-hak yang dimiliki tengah terancam. Kehadiran gerakan mahasiswa --- sebagai perpanjangan aspirasi rakyat ---- dalam situasi yang demikian itu memang amat dibutuhkan sebagai upaya pemberdayaan kesadaran politik rakyat dan advokasi atas konflik-konflik yang terjadi vis a vis penguasa. Dalam memainkan peran yang demikian itu, motivasi gerakan mahasiswa lebih banyak mengacu pada panggilan nurani atas keperduliannya yang mendalam terhadap lingkungannya serta agar dapat berbuat lebih banyak lagi bagi perbaikan kualitas hidup bangsanya.
Bagaiman dengan hari ini, tokoh-tokoh yang dulu vocal menyuarakan anti penindasan mereka berasal dari berbagai kalangan, baik dari tokoh mahasiswa, LSM dan lain. Mereka melawan penindasan dengan berbagai macam gaya, tapi sangat disayangkan, ketika mereka berada pada lingkaran kekuasaan. Bahkan mereka lebih cerdas menindas, karena sudah kenyang dengan pengalaman melawan kekuasaan. Inilah realitas yang sebernya.
Walaupun demikian biarkan semua itu berjalan sesuai roda kekuaasaan, jadi suatu saat akan terbukti yang benar-benar tokoh dan yang menokohkan diri dan siapa yang mengambil keuntungan dibalik tokoh tersebut. Perlu dingat, tidak ada orang yang ingin lenyap dari ketokohannya, itu merupakan simbol hidup.
0 komentar:
Posting Komentar