Bagi Anda-Anda yang pernah atau sedang terlanjur menggeluti dana amanah,
pasti familiar dengan salah satu atau beberapa nama-nama ini: Soewarno,
Khairul Fathollah, Ibu Sarinah, atau pun King Wali Sakti.
Sudah sejak zaman Pak Harto konon ada banyak rombongan kecil berangkat
membawa Mr. Soewarno ke Swiss sana untuk mencoba mencairkan dana amanah,
tapi pulang dengan tangan kosong, bahkan beberapa tidak kembali.
Di dalam negeri sendiri, silih berganti orang-orang yang mengaku
orangnya Soewarno, atau Khairul Fathollah, atau Ibu Sarinah dengan
membawa setumpuk dokumen kolateral, yang akan membagi-bagikan uang hibah
untuk rakyat miskin, proyek kemanusiaan, untuk mendirikan rumah sakit
di pelosok, dan banyak lagi, yang semuanya tinggal sebentar lagi pasti
cair, hanya butuh uang untuk menjemputnya ke Jakarta saja. Itulah yang
akhirnya sering disebut sebagai PO (Proyek Ongkos). Seperti yang iyah
tapi bo'ong. Seperti yang asli tapi bodong. Diam-diam, banyak sudah
korban yang tertipu, uang warisan amblas harapan kandas.
Sekarang saya akan menceritakan tipologi orang-orang yang memburu dana amanah ini. Tipe pertama sosok individu orang-orang yang punya gelar akademik lulusan sekolah bisnis di luar negeri faham aturan perbankan internasional, penelusuran modern dan lobby canggih bermodal sponsor kuat, memburu harta karun dana amanah berdasar kelengkapan dan keabsahan dokumen otentik. Tipe kedua adalah sosok individu yang prihatin, non-akademik, melakukan tapabrata menempuh jalan spiritual untuk membuka misteri dana amanah. Kedua tipe manusia ini pada akhirnya ketemu di satu titik yang sama, sama-sama menyimpulkan bahwa dana amanah itu benar-benar ada, benar-benar "on" tetapi keukeuh tidak bisa mencairkan dana amanah karena yang berhak mencairkannya adalah si mandataris pemegang dana amanah yang asli, dan yang asli bukan mereka. Walau pun kedua tipe ini digabung jadi satu tim pun tetap saja tidak mampu mencairkan. Why?
Ya... memang "sengaja" dibuat begitu.
Kenapa sengaja dibuat begitu?
Begini logikanya!
Kalau hanya mengandalkan bonafiditas dan pengetahuan akademik perbankan dan kekuatan uang saja, siapa sih di dunia ini yang bisa tahan dan sanggup melawan kekuatan jaringan Illuminati International? Merekalah yang punya jaringan perbankan terkuat di dunia, mereka punya jaringan bisnis multinasional di bidang energi, multimedia, pertambangan, senjata militer canggih, satelit intelijen online, pokoknya semua yang ada di dunia ada di dalam jangkauan tangan mereka. bahkan mafia-mafia pun asuhan di bawah kontrol mereka. Merekalah 13 keluarga Yahudi paling top kaya raya dunia. Bahkan salah satunya, keluarga Rothchild dijuluki sang nabi uang, the prophet of money.
Sebaliknya pun begitu. Kalau kalibernya masih paranormal biasa kelas lokal, siapa bisa melawan kekuatan supranatural kaum Yahudi Illuminati yang terkenal cerdas itu? Kaliber dunia gitu loh!
Jadi alhasil, kalau ukurannya dunia, maka di dunia ini baik kekuatan uang, kekuatan otentik dokumen maupun kekuatan paranormal, tidak akan ada yang bisa menandingi kekuatan jaringan Illuminati. Itu kata dunia. Tapi kata Gusti Alloh mah lain lagi. Di atas langit ada langit.
Alhasil, si pemegang dana amanah yang asli adalah orang yang sakti. Sakti bukan karena dirinya memang sakti, tetapi karena Gusti Alloh memilihnya untuk memegang amanah dengan selamat, karenanya harus di-sakti-kan! Maka jadilah dia orang yang sakti sampai tugasnya dianggap selesai tuntas.
Pertanyaannya: sesakti apakah sih dia?
Begini ukurannya.
Pertama, Anda kalau baca Al Quran pasti ketemu kisah Nabi Sulaiman as. yang bisa memindahkan singgasana Ratu Balqis dalam sekejap, bukan? Atau bicara dengan semut? Naah... hanya kesaktian sekaliber itulah di zaman sekarang yang bisa mengalahkan kekuatan Illuminati yang mati-matian ingin menguasai dunia. Pada tahun 2005, seluruh perjanjian yang bersumber dan mengacu kepada perjanjian induk, termasuk perjanjian induknya, habis masa berlakunya. Ini berarti siapapun yang mau mencairkan dana amanah harus membuat perjanjian induk yang baru. Untuk membuat perjanjian induk yang baru maka perangkat perjanjian induk yang lama harus dihadirkan, dan demikian pula si pemegang amanah.
Mari kita fokus dulu ke perangkat perjanjian induk yang lama. Itu terdiri atas tiga benda, disimpan dalam peti, dan peti disimpan di dalam "loker" di Eropa sana. Perjanjian induk yang lama ditandatangani oleh 12 kerajaan, dan di dalamnya tercantum dua nama, yaitu: Soewarno, dan Kerajaan Sunda Nusantara Parahyangan.
Pada Juni 2006, Bush diteropong membobol "loker", namun sang peti - tentu saja beserta isinya - terbang bak cahaya. Intel dan paranormal dibantu satelit canggih mereka berhasil melacak, si peti "terbang" ke Bogor! Itulah ceritanya mengapa 20 November 2006 - sehari sebelum jatuh tempo Amerika bayar sewa kolateral kepada rakyat Indonesia - Bush sengaja datang ke Indonesia dengan agenda yang agak aneh, yaitu maunya ke Bogor, dengan pengawalan seper dan ekstra ketat, misinya rahasia, membuat helipad di halaman Istana Bogor di dalam Kebun Raya Bogor. Maunya hanya satu - pake gaya koboy - menjarah itu peti. Tapi sang peti bergeser terhijab dari mata paranormal mereka, padahal ada di sekitar mereka. Lalu "terbang" ke Bandung!
Kedua, yang membuat mereka tambah kelimpungan adalah cadangan emas yang mereka timbun di gudang-gudang Federal Reserve maupun di Fort Knox, tiba-tiba dipertanyakan keberadaannya oleh Senator Ron Paul. Dengan demikian ada tiga skenario yang mungkin terjadi: (1) Emas sebenarnya masih ada tapi memang tidak pernah diaudit; (2) Emasnya sudah dijual diam-diam oleh Pemerintah; (3) Emas tersebut adalah emas yang dijadikan kolateral pada perjanjian induk awal, dan ditarik balik oleh "sang bandar" ke Indonesia. Jika menggunakan skenario ketiga, menjadi relevan dan logis mengapa Indonesia bisa masuk ke kelompok G-20 padahal sebenarnya dinilai layak masuk kelompok BRICS (Brazilia, Rusia, India, China, South Africa) - pun belum, baru hampir; itupun kalau mulus tanpa gejolak dan nihil disintegrasi. Presiden SBY diundang kesana kemari, menjadi tamu kehormatan dan mendapat gelar kehormatan di Inggris oleh Ratu Elisabeth II, bahkan secara aklamasi oleh para pemimpin dunia dipilih menjadi salah satu trio juru damai perumus masa depan dunia yang lebih baik dan damai. Luar biasa! Semua pemimpin negara dan lembaga-lembaga dunia yang matanya awas bin waspada memang mau tidak mau terpaksa menoleh kepada Indonesia, tergopoh-gopoh silih berganti berkunjung ke Jakarta; ada pakar dan pengamat luar negeri yang memuji setinggi langit bahwasanya Indonesia akan menjadi negara terkuat di dunia; padahal sejatinya mereka berbaik-baik karena semua minta tolong negerinya didahulukan kepada Indonesia. Ironisnya, di dalam negeri para elite politik asyik sibuk dengan dunianya sendiri, sibuk dengan urusannya sendiri, sibuk dengan obsesinya sendiri, sibuk dengan sengketanya sendiri, sibuk dengan kelitannya supaya lolos dari kejaran jerat hukum KPK dan luput dari lacakannya PPATK.
Ketiga, mereka melacak dan menurunkan tim demi tim ke Bandung, dengan misi rahasia, yaitu mencari who pemegang dana amanah yang asli. Di lain pihak, para sultan, para raja se-Nusantara yang punya kemampuan paranormal atau pun punya informasi tentang warisan harta karun dan/atau silsilah yang nyambung, juga berkesimpulan yang sama, yaitu selain mereka ingin kebagian atau merasa berhak atas harta karun nenek moyang, bahwa si mandataris pemegang amanah ternyata bermukimnya di Bandung. Maka saling intip mengintip terjadi di balik manuver pertemuan demi pertemuan para raja dan sultan di kota ini. Semuanya mencari yang mana gerangan sebenarnya sang mandataris pemegang dana amanah yang asli. Yang merasa dirinya pantas sih lebih dari satu, tetapi yang punya kesaktian dan punya tanda, tidak ada.
Baik para intel luar negeri, para kaki-tangan Illuminati di sini, para kerabat sultan dan raja-raja maupun kaum paranormal domestik yang lumayan tinggi ilmunya, semuanya diam-diam sepakat bahwa identitas sang pemegang dana amanah ada kaitannya dan berhubungan erat dengan dua 'clue' berikut ini: pertama, "Soewarno", dan kedua "Sunda Nusantara Parahyangan". Harap dimaklum, "Soewarno" yang dimaksud bukan orang, bukan sosok kakek-kakek dari Solo bernama Soewarno. Itu kode rahasia, gabungan dua kekuatan/ketinggian ilmu; itulah cerminan kecerdasan para karuhun untuk mengantisipasi dana amanah tidak jatuh ke tangan yang tidak berhak menurut ketentuan-NYA.
Lalu, apa maunya sang bandar si pemegang dana amanah agar bersedia mencairkan dana amanah yang sangat ditunggu-tunggu oleh dunia?
Cepat atau lambat memang sang bandar harus turun gunung. Permintaannya hanya satu: menunggu tanda yang jelas dari Gusti Alloh, siapa tim penjemput yang absah dari Swiss! Di sanalah sang bandar bertemu kembali dengan "sang penjaga gudang asset dana amanah": Nabi Khidir as, dan Nabi Ilyas as!
Eng-ing-eng !
Sumber : http://misteridanaamanah.blogspot.com/2013/03/misteri-identitas-pemegang-dana-amanah_10.html
Hanya Allah penguasa dzat Semesta yg akan memberikan Jawaban'"Tdak ada yg tidak mungkin bila Ia Menghendaki!!
BalasHapusiya benar itu bang tapi dana ini adalah hak untuk rakyat indonesia
BalasHapus